5 Tari Tradisional Warisan Nenek Moyang dari Provinsi Lampung

Ilustrasi - Tari Melinting, Tarian Lampung. (foto: gemapos/wikipedia)
Ilustrasi - Tari Melinting, Tarian Lampung. (foto: gemapos/wikipedia)

BeritaLampung.id (Balam) – Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki bermacam – macam suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya makanan khas, pakaian adat, tempat wisata, tetapi Indonesia juga memiliki tarian tradisional dari masing – masing daerah. Salah satunya adalah tarian tradisonal Lampung.

Tarian tradisonal setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya masing – masing, sama halnya dengan tari tradisional Lampung. Sebagai warisan turun temurun dari nenek moyang, berikut 5 tarian tradisional Lampung.

1. Tari Cangget

Tari Cangget merupakan tarian tradisional Lampung yang banyak di tarikan oleh pemuda pemudi di Provinsi Lampung. Tarian ini sering dimainkan di setiap acara yang berkaitan dengan gawi adat pada tahun 1942. Gawi adat sendiri merupakan perayaan seperti kelahiran seseorang, panen raya, upacara mendirikan rumah, dan upacara pernikahan. Tari Cangget mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.

Gerakan yang ada pada Tari Cangget beserta maknanya: (1) Gerak Sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2) Gerak Knui Melayang (lambing keagungan); (3) Gerak Igel (lambing keperkasaan); (4) Gerak Ngetir (lambing keteguhan hati); (5) Gerak Rebah Pohon (lambang kelembutan hati); (6)  Gerak Jajak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); (7) Gerak Knui Tabang (lambang rasa percaya diri).

Tari Cangget biasanya terdiri dari 6-14 penari wanita dan dua penari pria. Diiringi oleh seperangkat waditra yang terdiri dari canang lunik 8-12 buah, bende sebuah, gujeh sebuah, gong 2 buah, gendang sebuah, dan pepetuk 2 buah.

Busana para penari wanita terdiri dari kain tapis, kebaya warna putih, siger, gelang burung, gelang ruwi, kalung papan jajar, jarum, bulu seratai, tanggai, peneken, anting – anting dan kaos kaki berwarna putih. Lalu busana penari pria terdiri dari kain tapis setengah tiang, bulu seratai, ikat pandan, jubah, dan baju sebelah.

2. Tari Melinting 

Tari Melinting sendiri sesuai dengan nama daerah tari ini dikenalkan, yaitu di Melinting Labuhan Meringgai, Kabupaten Lampung Timur. Tari Melinting menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Melinting. Dahulu Tari Melinting dimainkan oleh putra dan putri Ratu Melinting dalam upacara adat kerajaan. Tetapi sekarang Tari Melinting dapat di peragakan di luar istana dan dipertunjukan kepada masyarakat, seperti penyambutan tamu penting dan perayaan pesta pernikahan. Tari Melinting telah mengalami penyempurnaan padaan busana, gerakan dan aksesorisnya pada tahun 1958.

Tari Melinting ditarikan oleh penari putra dan penari putri, gerakan tari putra dan tari putri berbeda. Gerakan tari putra meliputi Babar Kipas, Jung Sumbah, Sukkung Sekapan, Balik Palau, Knui Melayang, Ciduk, Salaman, Suali, Niti Batang, Lutcat Kijang dan Lapah Ayun. Sedangkan Gerakan tari putri meliputi Gerakan Babar Kipas, Jung Sumbah, Sukkung Sekapan, Timbangan, Melayang.

Busana putra yang dipakai penari putra yaitu kopiah emas dan setelan teluk belangga yang di dominasi warna putih, kembang melur, bunga pandan, buah jukum, jungsarat, papan jajar, bulu seratai, sesapur handap, dan injang tuppal. Sedangkan busana penari putri meliputi siger bercadar, bunga pandan, subang, kalung buah jukum, gelang kano, bulu seratai, gelang rui sesapurhanda, tapis, dan jungsarat. Musik pengiring Tari Melinting yang digunakan yaitu kalo bala (kelittang).

3. Tari Sembah 

Tari Sembah merupakan tari tradisional dari Provinsi Lampung yang biasa ditampilkan saat menyambut kedatangan tamu istimewa. Tujuannya untuk memberi penghormatan kepada tamu tersebut. Selain menyambut tamu, Tari Sembah ini kerap ditampilkan pada upacara pernikahan. Tari Sembah biasanya disebut juga dengan Tari Sembah Sigeh Penguten berasal dari suku Pepadun dan diciptakan pada tahun 1989. Tarian ini didaulat sebagai ikon budaya Provinsi Lampung, mulai dari gerakan, busana, property, iringan musik dan pola lantainya.

Gerakan pada Tari Sembah terdapat 12 gerakan dengan 8 gerakan posisi berdiri dan 4 gerakan posisi duduk. Pada posisi berdiri meliputi gerakan Belah Huwi, Gubuh Gakhang, Kenui Melayang, Lapah Tebeng, Lipetto, Samber Melayang, Seluang Mudik dan Tolak Tebeng. Sedangkan gerakan pada posisi duduk meliputi Jong Ippek, Jong Sembah, Jong Silo Ratu, dan Jong Simpuh.

Busana pada Tari Sembah di bagian kepala terdapat aksesoris seperti gaharu kembang goyang, ikat kepala, sanggul belatung tebak, siger, dan subang giwir. Bagian badan menggunakan 2 busana yaitu tapis pucuk rebung dan sesapur. Kemudian untuk aksesoris meliputi selendang tapis, bebe usus ayam, bulu seratte, buah jukum, papan jajar, gelang dan tanggai. Musik pengiring yang digunakan adalah alat musik tabuh seperti tallo ballak, tallo lunik, canang, gendang, gujih gung, kulintang. 

4. Tari Halibambang 

Tari Halibambang berasal dari suku Lampung Sekala Brak, biasa dipertunjukan pada acara pernikahan dan pesta Nyambai. Kata Hali tersebut dapat diartikan ‘Seperti’ ‘Bagaikan’ dan Bambang berarti ‘Kupu – kupu’. Jadi, Tari Halibambang yaitu tarian yang menggambarkan kupu – kupu sedang terbang mengibaskan sayapnya dengan indah.

Busana yang digunakan meliputi kumbang gijekh, sanggul, tali galah, gelang kana, gajah minung ikat pinggang, kawai dan injang bumpek. Properti utama yang digunakan adalah dua buah kipas tangan. Kemudian musik pengiring Tari Halibambang menggunakan talo balak.

5. Tari Tupping 

Tari Tupping merupakan tarian drama yang menunjukan semangat dan patriotisme pasukan tempur pengawal rahasia Raden Inten, Raden Imba II, dan Raden Inten II di Kalianda, Lampung Selatan saat melawan Belanda pada masa penjajahan. Tarian ini ditampilkan pada acara untuk menyambut tamu atau acara pernikahan. Jumalah penari dalam Tari Tupping harus 12 orang, tidak boleh lebih atau kurang. Karena dianggap sakral, tarian ini tidak boleh ada penyempurnaan atau modifikasi. Masyarakat lampung percaya bahwa tupping – tupping tersebut memiliki arwah gaib. Tupping merupakan topeng kayu yang masing – masing memiliki ekspresi dan karakter tokoh yang berbeda – beda. Karakter yang ditampilkan tupping antara lain kesatria sakti, tetua bijaksana, sesatria berwatak kasar, kestria berwibawa, putri lemah gemulai, anak – anak sedang bersedih, dan tokoh jenaka. (isy)